Ketika Amal Usaha Muhammadiyah Tidak Menjadi Pilihan Warga Muhammadiyah

By Admin Web 20 Mar 2025, 13:05:13 WIB Opini
Ketika Amal Usaha Muhammadiyah Tidak Menjadi Pilihan Warga Muhammadiyah

Keterangan Gambar : Kiri-kanan : Prof. Dr. Marzuki Noor MS, Dr Hasbullah M.Pd.I


Dr. Hasbullah, M.Pd.I 


Saat ini, salah satu fenomena yang menggelisahkan dalam tubuh Muhammadiyah adalah ketidaktertarikan sebagian besar warganya terhadap Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Ironisnya, ketika orang-orang di luar Muhammadiyah mempercayakan pendidikan anak-anak mereka kepada sekolah Muhammadiyah, justru kader dan warga Muhammadiyah sendiri lebih memilih sekolah negeri atau swasta lainnya. Alasan yang sering dikemukakan adalah kurangnya prestasi, daya saing yang lemah, serta minimnya fasilitas dibandingkan institusi lain. Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin AUM akan kehilangan dukungan internal yang seharusnya menjadi pondasi kekuatannya. Padahal, keberadaan AUM bukan sekadar bisnis pendidikan, tetapi merupakan bagian integral dari gerakan dakwah Muhammadiyah. Jika warganya sendiri tidak berkontribusi, bagaimana mungkin AUM bisa berkembang dan bersaing di era modern ini?

Baca Lainnya :


Salah satu alasan utama yang sering dikemukakan adalah anggapan bahwa sekolah Muhammadiyah kurang berkualitas. Orang tua Muhammadiyah menganggap bahwa sekolah negeri atau swasta elite menawarkan fasilitas dan kurikulum yang lebih baik. Namun, argumen ini patut dikritisi karena banyak sekolah Muhammadiyah yang telah menunjukkan prestasi akademik dan non-akademik yang gemilang. Masalahnya bukan sekadar kualitas, melainkan persepsi dan pola pikir sebagian warga Muhammadiyah yang masih memandang rendah lembaga yang mereka miliki sendiri. Mereka tidak sadar bahwa dengan tidak memilih sekolah Muhammadiyah, mereka secara tidak langsung melemahkan eksistensi AUM itu sendiri. Bukankah seharusnya mereka justru menjadi garda terdepan dalam membesarkan amal usaha yang lahir dari rahim perjuangan mereka?


Ketidaktertarikan warga Muhammadiyah terhadap AUM juga menunjukkan lemahnya rasa memiliki terhadap institusi yang mereka warisi. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modernis yang telah berjasa dalam mencerdaskan kehidupan bangsa seharusnya memiliki kader yang berkomitmen terhadap amal usahanya. Namun yang terjadi, banyak kader Muhammadiyah lebih tertarik dengan sekolah negeri atau lembaga pendidikan swasta yang dianggap lebih unggul. Mereka lupa bahwa sekolah Muhammadiyah tidak akan bisa bersaing jika kader dan simpatisannya sendiri tidak berkontribusi dalam penguatan sistem dan pendanaan. Ini adalah bentuk pengkhianatan ideologis yang sangat menyedihkan. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, maka kita sedang menggali kubur bagi keberlangsungan pendidikan Muhammadiyah di masa depan.


Kekurangan dalam aspek tertentu, seharusnya menjadi tantangan untuk diperbaiki, bukan alasan untuk meninggalkan. Jika para tokoh, kader, dan warga Muhammadiyah memiliki perhatian penuh terhadap sekolah-sekolah Muhammadiyah, tentu peningkatan kualitas akan lebih mudah diwujudkan. Alih-alih berkontribusi dalam peningkatan mutu, banyak yang justru lari dan mencari tempat lain. Sikap seperti ini tidak hanya mencerminkan ketidaksetiaan terhadap persyarikatan, tetapi juga menunjukkan lemahnya kepedulian terhadap masa depan pendidikan Islam di Indonesia.


Suara untuk sekolah Muhammadiyah 

Mengapa sekolah Muhammadiyah kurang prestasi? Salah satu faktornya adalah kurangnya dukungan dari para kader dan warganya sendiri. Mereka lebih memilih menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah negeri atau swasta dengan alasan gengsi dan prospek masa depan. Padahal, jika mereka bersatu dalam mendukung sekolah Muhammadiyah, maka prestasi bukanlah hal yang mustahil untuk diraih. Yang terjadi saat ini justru sebaliknya, banyak warga Muhammadiyah yang menjadi pengkritik dari luar tanpa ikut andil dalam upaya perbaikan. Kritik tanpa solusi hanya akan menjadi cemoohan belaka, sementara solusi tanpa keterlibatan nyata hanyalah omong kosong. Muhammadiyah tidak kekurangan kader potensial, tetapi banyak yang memilih untuk menonton dari jauh daripada turun tangan.


Kelemahan lain yang sering disorot adalah kurangnya fasilitas yang disediakan oleh sekolah Muhammadiyah. Namun, apakah warga Muhammadiyah sudah cukup berkontribusi untuk membangun fasilitas yang lebih baik? Jika hanya mengkritik tanpa mau memberikan solusi nyata, maka jangan berharap perubahan akan datang dengan sendirinya. Perbandingan dengan sekolah negeri atau swasta lainnya memang tidak bisa dihindari, tetapi harus diingat bahwa sekolah Muhammadiyah tidak didukung oleh dana negara seperti sekolah negeri. Maka dari itu, jika kader dan warga Muhammadiyah ingin sekolahnya maju, mereka harus mau berinvestasi dan berkorban, bukan malah meninggalkannya demi pilihan yang dianggap lebih unggul.


Selain itu, masalah promosi dan citra sekolah Muhammadiyah juga perlu diperhatikan. Banyak sekolah Muhammadiyah yang kurang agresif dalam memasarkan keunggulannya, sehingga citra yang berkembang di masyarakat tidak sebanding dengan kenyataan yang ada. Jika sekolah-sekolah Muhammadiyah ingin menjadi pilihan utama, maka strategi komunikasi dan branding harus lebih diperkuat. Jangan sampai orang luar lebih mengenal keunggulan sekolah Muhammadiyah daripada warga Muhammadiyah sendiri. Dakwah pendidikan Muhammadiyah harus dikemas secara profesional, menarik, dan sesuai dengan kebutuhan zaman agar tidak kehilangan daya tariknya.


Memperbaiki  pola tindak warga Muhammadiyah

Sebagian warga Muhammadiyah juga masih terjebak dalam pola pikir elitis yang melihat sekolah sebagai sarana gengsi sosial. Mereka lebih bangga jika anak-anak mereka masuk ke sekolah favorit meskipun harus mengeluarkan biaya besar, daripada membesarkan sekolah Muhammadiyah yang telah berkontribusi bagi umat. Fenomena ini menunjukkan bahwa krisis kebanggaan terhadap identitas sendiri masih menjadi masalah serius dalam tubuh Muhammadiyah. Jika kader-kadernya sendiri tidak bangga dengan sekolah Muhammadiyah, bagaimana mungkin orang lain akan menghormatinya? Kebanggaan terhadap institusi sendiri harus ditanamkan sejak dini agar AUM tetap relevan dan diminati oleh generasi berikutnya.


Untuk mengatasi masalah ini, Muhammadiyah harus mulai melakukan reformasi besar-besaran dalam sistem pendidikan dan manajemennya. Sekolah-sekolah Muhammadiyah harus dikelola dengan standar yang lebih tinggi agar mampu bersaing di era globalisasi. Kurikulum berbasis nilai-nilai Islam harus tetap dijaga, tetapi dengan inovasi yang lebih modern agar tidak ketinggalan zaman. Jika tidak, maka ketertinggalan ini akan semakin melebar, dan warga Muhammadiyah akan semakin kehilangan kepercayaan terhadap amal usaha yang telah dibangun oleh generasi sebelumnya.


Selain itu, para tokoh dan pimpinan Muhammadiyah harus memberikan contoh nyata dengan menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah Muhammadiyah. Jika para pemimpin Muhammadiyah sendiri tidak percaya dengan institusi yang mereka pimpin, maka tidak ada alasan bagi masyarakat umum untuk percaya. Keteladanan adalah kunci untuk membangun kembali kepercayaan terhadap AUM. Jika para pemimpin Muhammadiyah berkomitmen untuk menjadikan AUM sebagai pilihan utama, maka kader dan warganya akan mengikuti jejak mereka.


Jika warga Muhammadiyah tidak segera sadar dan bertindak, maka bukan tidak mungkin AUM akan semakin terpinggirkan. Ketika sekolah-sekolah Muhammadiyah tidak lagi menjadi pilihan, maka perlahan-lahan keberadaan Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharu akan kehilangan relevansinya. Kita harus kembali kepada semangat awal pendirian Muhammadiyah, yaitu membangun umat yang cerdas, berdaya, dan mandiri. Ini bukan hanya tugas pimpinan, tetapi juga tanggung jawab seluruh warga Muhammadiyah agar amal usaha mereka tetap bertahan dan berkembang di masa depan.(*)



Dr. Hasbullah, M.Pd.I 

Wakil ketua Majelis Dikdasmen & PNF PWM Lampung

Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu 





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Lampung


Kanan - Iklan Sidebar

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

STATISTIK PENGUNJUNG

  • User Online : 1
  • Today Visitor : 55
  • Hits hari ini : 124
  • Total pengunjung : 45830