- LAZISMU Lampung Salurkan Bantuan Banjir Bandang di Lampung Barat
- Pimpinan baru Pemuda Muhammadiyah Lampung Tengah Gelar Rakerda
- Muhammadiyah Lampung Kick Off Sigerpreneur & Saresahan UMKM
- LPCRPM PWM Lampung Siapkan Cabang Ranting Masjid Unggulan di Dente Teladas
- Menggali Hikmah Kelahiran Nabi Muhammad SAW di Era Modern
- Syiar Dakwah Muhammadiyah Lampung Hingga Pelosok Dente Teladas Tulang Bawang
- LAZISMU Lampung Salurkan Program Sedekah Al-Quran dan Rendangmu di Pelosok Tulang Bawang
- Dosen UM Metro Raih Hibah Riset Dana Indonesiana untuk Penyelamatan Tradisi Lisan Etnomitigasi Benca
- Ketua PWM Lampung Jadi Narasumber Diskusi terbatas Transformasi Ideologi Jalan Menuju Wasathiyah
- Ini Pesan Ketua PWM Lampung Melihat Situasi Terkni
Ramadan: Antara Cinta dan Pengampunan

Keterangan Gambar : Imam Ashrofi, mahasis
Oleh, Imam Ashrofi
Ramadan merupakan lebih dari sekadar suatu tradisi tahunan; ia adalah waktu suci yang membuka kesempatan untuk menunjukkan kasih kepada Tuhan dan menerima pengampunan-Nya.
Baca Lainnya :
- Ideopolitor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung Batch II Hadirkan Semangat Kolaborasi0
- Ideopolitor Muhammadiyah: Ideologi Kuat, Organisasi Sehat, Politik Bermartabat0
- Muhammadiyah Lampung Gelar Ideopolitor, Perkuat Ideologi Anggota0
- Kopdar Kader Digital Muhammadiyah di Lampung Perkuat Syiar0
- Klinik PKU Muhammadiyah Berdiri di Lampung Tengah0
Selama bulan ini, Tuhan membentangkan pintu rahmat-Nya seluas-luasnya bagi semua yang ingin mendekat kepada-Nya. Ramadan merupakan kesempatan bagi setiap hamba untuk merasakan kedekatan spiritual dengan Tuhan, mengembangkan hubungan yang lebih intim, serta menghapus kesalahan yang mengotorinya.
Dalam bulan ini, kasih dan pengampunan Tuhan muncul dalam bentuk yang sangat nyata, menjangkau jiwa yang ingin bertransformasi dan kembali kepada kodratnya. Bulan ini bukan hanya sekadar kegiatan ibadah, tetapi merupakan revolusi jiwa yang mengubah pola pikir dan perilaku seorang mukmin.
Tanpa pemahaman yang mendalam, Ramadan hanya akan menjadi rutinitas yang berlalu tanpa makna. Oleh karena itu, diperlukan refleksi yang mendalam agar Ramadan benar-benar menjadi momen transformasi diri dan peningkatan iman.
Cinta dan Kasih kepada Allah SWT selama Ramadan tidak hanya berlagsung dalam bentuk kata-kata, tetapi juga tercermin dalam kesungguhan menjalankan ibadah.
Seorang hamba yang mencintai Tuhannya akan melaksanakan puasa dengan tulus, bukan hanya sebatas menahan rasa lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari segala bentuk dosa. Puasa yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran akan membentuk karakter ketakwaan, yang merupakan tujuan utama dari ibadah ini.
Kasih kepada Tuhan selama Ramadan juga terlihat dalam dedikasi membaca Al-Qur'an, meningkatkan doa, dan memperbaiki kualitas shalat malam. Jika bulan Ramadan tidak membuat seseorang semakin mencintai Tuhan, maka ada sesuatu yang tidak beres dalam pelaksanaannya. Kasih sejati senantiasa memerlukan pengorbanan, dan Ramadan adalah ujian terberat bagi hamba yang ingin menunjukkan kasihnya kepada Pencipta.
Di sisi lain, bulan Ramadan merupakan kesempatan untuk meminta ampunan yang telah diberikan oleh Tuhan kepada setiap hamba yang ingin berubah dan kembali ke jalan yang benar. Betapa banyak individu yang terjerat dosa sepanjang tahun, tetapi ketika Ramadan tiba, kesempatan untuk mendapatkan ampunan terbuka lebar tanpa syarat yang memberatkan.
Tuhan berfirman dalam hadis qudsi bahwa setiap ibadah yang dilakukan oleh manusia adalah untuk dirinya sendiri, kecuali puasa; sebab puasa adalah untuk Tuhan dan Dia sendiri yang akan memberikan ganjaran. Ini memperlihatkan betapa luar biasanya bulan Ramadan sebagai waktu di mana Tuhan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang sepenuhnya berusaha untuk kembali. Namun, ampunan ini tidak diberikan tanpa usaha, tetapi harus diperjuangkan melalui keseriusan dalam beribadah dan upaya memperbaiki diri.
Ironisnya, banyak orang yang menjalani bulan Ramadan tanpa mengalami perubahan apapun dalam diri mereka. Ramadan hanya menjadi tradisi tahunan yang berlalu tanpa arti yang mendalam. Sebagian orang tetap melanjutkan kebiasaan buruk, bahkan saat berpuasa. Ada yang masih berbohong, bergossip, atau bahkan berbuat zalim.
Jika bulan Ramadan tidak mengubah karakter seseorang menjadi lebih baik, maka puasanya hanya sebatas menahan rasa lapar dan dahaga tanpa mendapatkan makna spiritual. Nabi Muhammad SAW, telah bersabda bahwa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apapun selain rasa lapar dan haus. Ini merupakan peringatan yang tegas bahwa berpuasa tanpa kesadaran dan keikhlasan hanya akan menjadi kegiatan fisik yang tidak bermakna.
Cinta dan Kasih kepada Allah dalam Ramadan
Ramadan merupakan ujian untuk mengukur sejauh mana ketulusan cinta kepada Tuhan. Mereka yang sungguh-sungguh mencintai Tuhan akan melihat Ramadan sebagai kesempatan luar biasa untuk memperbaiki ikatan spiritual mereka.
Setiap momen di bulan suci ini akan dimanfaatkan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, baik lewat ibadah, membaca Al-Qur’an, memberi amal, maupun melakukan kebaikan lainnya. Cinta kepada Tuhan juga tampak melalui ketaatan tanpa syarat, bukan hanya ritual yang dilakukan karena kebiasaan semata.
Apabila seseorang mengatakan mencintai Tuhan, namun bulan Ramadan tidak membuatnya lebih taat, maka ketulusan cintanya patut dipertanyakan. Ramadan adalah refleksi dari keimanan, menunjukkan seberapa dalam rasa cinta seorang hamba kepada Tuhannya.
Selain itu, bulan Ramadan juga menjadi kesempatan untuk menumbuhkan rasa kasih kepada sesama. Seorang beriman yang benar-benar memahami makna Ramadan akan lebih peka terhadap kesengsaraan orang lain. Ia akan lebih sering berbagi, membantu mereka yang membutuhkan, dan memperkuat hubungan sosial.
Islam mengajarkan bahwa cinta kepada Tuhan harus ditunjukkan dengan kepedulian kepada sesama manusia. Puasa bukan hanya melatih kesabaran, tetapi juga mengembangkan rasa empati dan solidaritas. Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk membersihkan hati dari penyakit kebencian, iri hati, dan kedengkian, serta menggantinya dengan cinta, kasih sayang, dan pengampunan.
Namun, tantangan paling signifikan adalah mempertahankan semangat Ramadan setelah bulan ini berakhir. Banyak individu yang sangat bersemangat melakukan ibadah selama Ramadan, tetapi kembali ke kebiasaan lama mereka setelah Idulfitri.
Ini menunjukkan bahwa praktik ibadah yang dilakukan selama Ramadan belum sepenuhnya tertanam dalam hati dan jiwa. Seharusnya, Ramadan berfungsi sebagai titik awal untuk perubahan yang berkelanjutan, bukan sekadar momen sementara yang mudah dilupakan. Ramadan merupakan pengalaman spiritual yang mendidik jiwa, dan kelulusan dari pengalaman ini harus tercermin dalam perubahan perilaku setelahnya.
Bagi mereka yang belum memanfaatkan Ramadan dengan sebaik-baiknya, masih ada peluang untuk memperbaikinya. Ramadan adalah bulan penuh rahmat, di mana satu malamnya lebih bernilai daripada seribu bulan. Lailatul Qadar adalah pemberian luar biasa dari Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW., di mana amal di malam itu setara dengan ibadah selama lebih dari 83 tahun.
Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Setiap detik di bulan Ramadan merupakan kesempatan untuk mengumpulkan pahala dan menghapus dosa.
Peluang untuk meraih kasih sayang dan pengampunan dari Allah di bulan Ramadan harus dimanfaatkan sebaiknya. Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup kita.
Jika Ramadan tidak membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik, maka kita telah gagal memanfaatkan anugerah besar ini. Cinta kepada Allah bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi harus ditunjukkan dengan kesungguhan dalam melaksanakan ibadah. Pengampunan Allah bukan hanya sekadar janji, tetapi harus diperoleh melalui tobat yang tulus.
Ramadan adalah karunia istimewa yang diberikan Allah kepada umat Islam. Namun, hanya mereka yang memiliki kesadaran spiritual yang tinggi yang bisa memperolah manfaat dari bulan ini.
Jangan biarkan Ramadan berlalu tanpa meninggalkan dampak positif dalam hidup kita. Manfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, dan mendapatkan ampunan-Nya. Semoga kita termasuk dalam kelompok hamba yang berhasil memanfaatkan Ramadan dengan baik dan keluar darinya dalam keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.(*)
Imam Ashrofi
Mahasiswa Bimbingan Konseling Universitas Muhammadiyah Pringsewu
