Merespon Peringatan BMKG: Belajar dari Bencana Aceh, Sumbar dan Sumut

By Admin Web 09 Des 2025, 20:04:15 WIB Opini
Merespon Peringatan BMKG: Belajar dari Bencana Aceh, Sumbar dan Sumut

Oleh: Satrio Budi Wibowo

Ketua MDMC Wilayah Lampung


Baca Lainnya :

Akhir-akhir ini, layar televisi dan lini masa media sosial dipenuhi visual memilukan dari sejumlah wilayah di Pulau Sumatera. Badai dan banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara bukan sekadar fenomena alam rutin, melainkan kejadian ekstrem yang dipicu oleh siklon tropis dan anomali cuaca. Dampaknya meninggalkan kerusakan masif serta duka mendalam.

Di balik bencana tersebut tersimpan pelajaran berharga: ketidaksiapan masyarakat terbukti memperburuk skala kerusakan dan memperbanyak korban jiwa. Kita memang tidak dapat menolak takdir alam, tetapi kita dapat meminimalkan risikonya.

Kini saatnya Provinsi Lampung bercermin dan memperkuat kesiapsiagaan. Masyarakat tidak boleh lengah. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi pembentukan bibit siklon. Dikutip dari detik.com, daerah yang perlu meningkatkan kewaspadaan meliputi Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa–Bali, NTB, NTT, Maluku, Papua Selatan, dan Papua Tengah.

Meski pusat siklon mungkin tidak berada tepat di atas wilayah kita, dampak tidak langsung berupa “ekor siklon” tetap berpotensi menimbulkan bencana. Fenomena ini dapat menarik massa udara yang memicu angin kencang, gelombang tinggi, serta hujan ekstrem berdurasi panjang—kombinasi sempurna yang dapat menyebabkan banjir bandang maupun longsor.

Kesiapsiagaan tidak boleh berhenti pada slogan di spanduk jalanan. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan—bekas jalur banjir bandang, kawasan cekungan, bantaran sungai, dan lereng bukit—harus menerapkan mitigasi praktis. Salah satu pedoman yang mudah diingat adalah Rumus 2-2.

Apa itu Rumus 2-2?

Jika hujan deras turun terus-menerus lebih dari 2 jam, hingga jarak pandang berkurang sampai sekitar 20 meter karena intensitas hujan, maka segera bersiap evakuasi. Jangan menunggu air masuk rumah atau menunggu genangan mencapai mata kaki. Dalam kondisi banjir bandang dan longsor, detik-detik pengambilan keputusan sangat menentukan keselamatan.

Kesiapsiagaan harus dibangun secara kolektif dari tingkat kelurahan, RW, RT, hingga keluarga. Pertanyaan mendasar dan krusial harus dijawab sejak sekarang: “Jika banjir datang, ke mana kita harus menyelamatkan diri?”

Jalur evakuasi harus disepakati dan dipahami seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak dan lansia. Jangan sampai kepanikan muncul hanya karena ketidaktahuan arah penyelamatan diri.

Selain keselamatan jiwa, perlindungan dokumen penting juga wajib diperhatikan. Banyak penyintas bencana selamat secara fisik tetapi kesulitan memulihkan kehidupan karena dokumen berharga hilang. Siapkan Tas Siaga Bencana dan bungkus dokumen seperti ijazah, akta kelahiran, sertifikat tanah, STNK, BPKB, hingga surat penting lainnya dengan plastik kedap air atau ziplock berlapis. Simpan dalam satu tas yang mudah dijangkau dan siap dibawa kapan pun.

Sebagian orang mungkin menganggap langkah-langkah ini berlebihan. Namun di tengah ketidakpastian iklim dan bencana yang makin ekstrem, kewaspadaan ekstra justru menjadi kebutuhan. Lebih baik dianggap “terlalu waspada” daripada terlambat bertindak dan menanggung penyesalan.

Belajar dari Aceh, Sumbar, dan Sumut, mari jadikan duka mereka sebagai pemantik kesiapsiagaan kita. Selamatkan diri dan keluarga sebelum alam memberi peringatan yang lebih keras.(*)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Lampung


Kanan - Iklan Sidebar

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

STATISTIK PENGUNJUNG

  • User Online : 2
  • Today Visitor : 140
  • Hits hari ini : 209
  • Total pengunjung : 77422